[SUARA HATI] nancy samola

21 Agustus 2009

‘Indonesia All Star’ Lolos dari Maut

Filed under: Olahraga,Politik,Terorisme — nancysamola @ 10:43

Diposting di Kompasiana.com pada 17 Juli 2009

PAGI TADI sebelum mengajar, saya terkejut saat menonton televisi. Sedih, prihatin dan marah bercampur jadi satu. Saya paling benci yang namanya aksi kekerasan, terutama kejahatan yang dilakukan kelompok teroris.

https://i0.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/id/thumb/3/3f/Bom2009.jpg/250px-Bom2009.jpg

Bom Mega Kuningan

Dua hari menjelang kedatangan tamu kesebelasan Manchester United, sebuah ledakan terjadi di Kawasan Mega Kuningan, di dekat Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta, Jumat (17/7). Ledakan itu menurut versi detik.com, terjadi pukul 07.40 WIB, sementara wikipedia menyebut bom pertama meledak pukul 07.45 WIB, sedangkan kompas.com melansir pukul 07.30 WIB. Tapi tampaknya, saya sependapat dengan kompas.

Okelah, pihak MU membatalkan rencana pertandingan persahabatan di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan Jakarta. Mungkin, ini dianggap sebagai keputusan bijak dari tim official, untuk memberi ruang bagi aparat penegak hukum di Indonesia, dalam mengungkap kasus teror bom ini.

Satu hal yang menarik bagi saya, Tim nasional Indonesia yang beberapa hari ini menginap di Hotel JW Marriott, selamat dari peristiwa tersebut. Mereka semua selamat, karena berangkat dari hotel untuk latihan ke GBK, hanya beberapa menit menjelang ledakan bom yang pertama. Faktor apa yang menyelamatkan mereka?

Dalam tulisan ini, saya menggunakan kacamata faktor lucky yang berpihak pada pasukan Indonesia All Star. Saya merasa bersyukur atlet kebanggaan Tanah Air itu, lolos dari maut. Hati kecil saya berkata, TUHAN sedang merencanakan sesuatu yang indah pada setiap Anak Bangsa.

Entah apa yang terjadi, jika mereka terlambat berangkat dari Hotel JW Marriott. Sebagai penggemar sepak bola—meski hanya hobi menonton saja—saya salut dengan kinerja pelatih timnas Benny Dollo, yang menerapkan disiplin pada pasukannya.

Mungkin saja (karena belum ada informasi rinci), timnas sempat menikmati sarapan pagi di restoran hotel berbintang tersebut. Tentunya, Sang Coach mempersiapkan dan melaksanakan jadwal secara ketat, agar timnas tak terlambat tiba di GBK. Nah, disiplin tinggi yang diterapkan timnas ini, menurut saya, yang menyelamatkan nyawa dan masa depan mereka. Selain doa, tentunya.

(Timnas RI/Foto:Tri Saputro)

Dalam sebuah berita, pasukan Benny Dollo meninggalkan hotel untuk latihan sebelum ledakan bom terjadi di Marriot dan Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, sekitar pukul 07.40 WIB, Jumat, 17 Juli 2009. Uniknya, Benny Dollo sendiri saat ini mengaku tetap akan fokus untuk memimpin latihan timnas Merah Putih. Padahal, tim ‘Setan Merah’ sudah secara remi membatalkan kunjungan mereka ke Jakarta dan Bali.

Setelah mendapat saran dari sejumlah pihak, termasuk Kementrian Luar Negeri Inggris, United mengkonfirmasi tidak akan terbang ke Jakarta.

Saya dan mungkin fans kesebelasan PSSI lainnya, menyayangkan pembatalan MU ke Indonesia. Tapi coba bayangkan, Benny Dollo tetap fokus untuk memimpin latihan timnas Merah Putih, dan tak peduli up date berita terkini pasca-ledakan. Dalam pikiran mereka, “Yang penting latihan, membawa panji bangsa dan negara melawan MU“.

Inilah salah satu wujud puji syukur, meski di lain pihak, kita berduka atas jatuhnya korban jiwa. Dalam konteks ini, kita harus tetap mengutuk aksi terorisme, tapi di lain pihak, kita berbangga hati melihat kegigihan timnas berlatih.

Bagi yang sudah memiliki tiket menonton di GBK, tak usah bersedih pembatalan kedatangan MU. Percayalah, TUHAN memiliki rencana untuk timnas dan MU, dibalik peristiwa ini. Minimal, masih ada waktu untuk membenahi PSSI. Dan, semoga rencana itu, indah pada saatnya.

(Nancy Samola, aktivis Komunitas Lentera)

11 Agustus 2009

Bedanya Kesebelasan Sriwijaya FC dan Brasil

Filed under: Olahraga — nancysamola @ 10:43
Tags: , , , ,

Diposting di Kompasiana.com pada 29 Juni 2009

ADA kesamaan menangnya Sriwijaya FC di Final Copa Dji Sam Soe Indonesia dan kesebelasan Brasil di final Piala Konfederasi. Satu yang tak terlupakan adalah drama mendebarkan di babak ke-2. Kemenangan Sriwijaya FC Minggu malam (28/6), diwarnai oleh aksi-walk out pemain Persipura Jayapura. Sedangkan kemenangan Brasil Senin dini hari (29/6), merupakan hasil fantastis Tim Samba, meski Amerika Serikat sempat unggul 2 gol di babak pertama.

Menarik? Ya, dari kacamata sportivitas!

Saya sampai-sampai menahan nafas, ketika TVOne yang menayangkan siaran langsung Sriwijaya FC Vs Persipura di Stadion Stadion Sriwijaya, Jakabaring, Palembang. Betapa tidak? Pada menit ke-60, kiper favorit saya, Ferry Rotinsulu, melakukan manuver di dalam kotak pinalti dan sempat menjatuhkan gelandang Ernest Jeremiah, hingga akhirnya bola mengenai tangan pemain back Tsimi Jaques.

Masalah muncul saat wasit Purwanto tak meniup peluit tanda pelanggaran, dan justru mengartumerah Ernest Jeremiah karena memprotes keputusannya. Ini membuat kubu Persipura marah. Sejumlah pemain Persipura mendorong wasit dan mengakibatkan kericuhan di lapangan. Tim “Mutiara Hitam” kemudian mogok bermain sehingga laga dihentikan beberapa menit.

Biasalah. Aksi WO belum lengkap tanpa emosi. Fasilitas tempat duduk official dirusak, kemudian mulai muncul ‘hujan’ botol mineral dari arah penonton. Cuplikan videonya bisa dilihat di sini.

Akhirnya, Ketua Umum PSSI Nurdin Halid harus turun ke lapangan dan meminta keterangan dari wasit. Bahkan, dalam kondisi vakum itu, kru TVOne sempat-sempatnya mewawancarai Nurdin. Beberapa menit kemudian, Gubernur Sumatera Selatan Alex Nurdin pun turun dari bangku penonton. Inilah puncak ketegangan itu! Di tengah lapangan, Alex dengan microphone meminta para suporter Sriwijaya FC, untuk tidak melakukan keonaran usai pertandingan.

Wasit Purwanto yang kabarnya memimpin pertandingan terakhir menjelang pensiun, akhirnya memutuskan Sriwijaya FC sebagai pemenang. Sang juara berhak mendapat hadiah uang senilai dua miliar rupiah, sementara runner-up memperoleh Rp 750 juta. Patut disayangkan, kemenangan Sriwijaya tercoreng oleh sportivitas pemain Persipura.

Lucio meluapkan kegembiraan setelah mencetak gol kemenangan 3-2 atas Amerika Serikat di final Piala Konfederasi.

Beberapa jam setelah Sriwijaya FC Vs Persipura dengan skor 1-0, pertandingan menentukan muncul di layar kaca. Uniknya, Brasil mampu membalik ketinggalan 0-2 menjadi kemenangan 3-2 atas Amerika Serikat di final Piala Konfederasi.

Piala Konfederasi yang merupakan laga antar-benua, membuat Brasil mempertahankan gelar yang mereka menangkan pada 2005. Brasil kini menjadi satu-satunya negara yang mampu juara Piala Konfederasi tiga kali, melewati Perancis yang baru juara dua kali. Brasil yang semakin tertinggal menaikkan tensi serangan di babak ke-s dan langsung menggebrak dan menciptakan gol melalui Luis Fabiano dan Lucio.

Bagi saya, inilah semangat sportivitas itu !

Tim yang kalah tapi pertandingan belum usai, tidak perlu frustasi. Yang saya tahu, 1 menit pun bisa mengubah keadaan di akhir babak ke-2. Dan memang sejarah sudah mencatat, bahwa babak ke-2 pertandingan sepak bola selalu menimbulkan kejutan yang fantastis, dan bukan kejutan yang memalukan. (Nancy Samola, aktivis Komunitas Lentera)

Blog di WordPress.com.