Diposting di Kompasiana.com pada 17 Juli 2009
PAGI TADI sebelum mengajar, saya terkejut saat menonton televisi. Sedih, prihatin dan marah bercampur jadi satu. Saya paling benci yang namanya aksi kekerasan, terutama kejahatan yang dilakukan kelompok teroris.
Dua hari menjelang kedatangan tamu kesebelasan Manchester United, sebuah ledakan terjadi di Kawasan Mega Kuningan, di dekat Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton, Jakarta, Jumat (17/7). Ledakan itu menurut versi detik.com, terjadi pukul 07.40 WIB, sementara wikipedia menyebut bom pertama meledak pukul 07.45 WIB, sedangkan kompas.com melansir pukul 07.30 WIB. Tapi tampaknya, saya sependapat dengan kompas.
Okelah, pihak MU membatalkan rencana pertandingan persahabatan di Gelora Bung Karno (GBK) Senayan Jakarta. Mungkin, ini dianggap sebagai keputusan bijak dari tim official, untuk memberi ruang bagi aparat penegak hukum di Indonesia, dalam mengungkap kasus teror bom ini.
Satu hal yang menarik bagi saya, Tim nasional Indonesia yang beberapa hari ini menginap di Hotel JW Marriott, selamat dari peristiwa tersebut. Mereka semua selamat, karena berangkat dari hotel untuk latihan ke GBK, hanya beberapa menit menjelang ledakan bom yang pertama. Faktor apa yang menyelamatkan mereka?
Dalam tulisan ini, saya menggunakan kacamata faktor lucky yang berpihak pada pasukan Indonesia All Star. Saya merasa bersyukur atlet kebanggaan Tanah Air itu, lolos dari maut. Hati kecil saya berkata, TUHAN sedang merencanakan sesuatu yang indah pada setiap Anak Bangsa.
Entah apa yang terjadi, jika mereka terlambat berangkat dari Hotel JW Marriott. Sebagai penggemar sepak bola—meski hanya hobi menonton saja—saya salut dengan kinerja pelatih timnas Benny Dollo, yang menerapkan disiplin pada pasukannya.
Mungkin saja (karena belum ada informasi rinci), timnas sempat menikmati sarapan pagi di restoran hotel berbintang tersebut. Tentunya, Sang Coach mempersiapkan dan melaksanakan jadwal secara ketat, agar timnas tak terlambat tiba di GBK. Nah, disiplin tinggi yang diterapkan timnas ini, menurut saya, yang menyelamatkan nyawa dan masa depan mereka. Selain doa, tentunya.
Dalam sebuah berita, pasukan Benny Dollo meninggalkan hotel untuk latihan sebelum ledakan bom terjadi di Marriot dan Ritz Carlton, Kuningan, Jakarta, sekitar pukul 07.40 WIB, Jumat, 17 Juli 2009. Uniknya, Benny Dollo sendiri saat ini mengaku tetap akan fokus untuk memimpin latihan timnas Merah Putih. Padahal, tim ‘Setan Merah’ sudah secara remi membatalkan kunjungan mereka ke Jakarta dan Bali.
Setelah mendapat saran dari sejumlah pihak, termasuk Kementrian Luar Negeri Inggris, United mengkonfirmasi tidak akan terbang ke Jakarta.
Saya dan mungkin fans kesebelasan PSSI lainnya, menyayangkan pembatalan MU ke Indonesia. Tapi coba bayangkan, Benny Dollo tetap fokus untuk memimpin latihan timnas Merah Putih, dan tak peduli up date berita terkini pasca-ledakan. Dalam pikiran mereka, “Yang penting latihan, membawa panji bangsa dan negara melawan MU“.
Inilah salah satu wujud puji syukur, meski di lain pihak, kita berduka atas jatuhnya korban jiwa. Dalam konteks ini, kita harus tetap mengutuk aksi terorisme, tapi di lain pihak, kita berbangga hati melihat kegigihan timnas berlatih.
Bagi yang sudah memiliki tiket menonton di GBK, tak usah bersedih pembatalan kedatangan MU. Percayalah, TUHAN memiliki rencana untuk timnas dan MU, dibalik peristiwa ini. Minimal, masih ada waktu untuk membenahi PSSI. Dan, semoga rencana itu, indah pada saatnya.
(Nancy Samola, aktivis Komunitas Lentera)