[SUARA HATI] nancy samola

21 Juli 2009

Antasari dan Sniper

Filed under: Ekonomi,Korupsi,Kriminal — nancysamola @ 10:43
Tags: , , ,

Diposting di Kompasiana 6 Mei 2009

https://i0.wp.com/upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/4/4d/10_meter_air_pistol_target.svg/600px-10_meter_air_pistol_target.svg.pngTAK biasanya orang tua saya menonton televisi dengan serius. Sejak KPU menayangkan quick qount dan real qount, mereka tampak asyik mematung enggan berpindah tempat duduk. Bahkan sempat terlambat santap malam, gara-gara perolehan suara partai politik naik-turun. Setelah muncul kasus DPT amburadul, barulah puasa menonton berita, dan beralih ke sinetron monoton.

Ternyata ’puasa’ mereka hanya sementara. Sejak akhir pekan lalu, tak biasanya absen ”Cinta Fitri”. Ini lantaran drama menegangkan yang dimulai dari kejaran koresponden media massa di sebuah rumah perumahan elit di kawasan Modern Land Tangerang. Di sinilah episode pertama itu ditayangkan.

Tapi bagi saya, ’sinetron’ itu tak jauh beda dengan sinetron televisi yang menjadi pujangga kaum ibu rumah tangga. Pemberitaan Sang Panglima KPK Antasari Azhar di televisi, sebenarnya mirip dengan tayangan sinetron yang saya benci. Biasanya, saya harus berebutan remote control dengan penghuni rumah, ketika saya ingin mengetahui informasi setiap pagi atau sore menjelang malam. Dan kali ini, aksi rebut-rebutan remote control tidak terjadi.

Saya tidak ingin terlibat dalam alur pikiran mereka, yang secara tak sadar, ingin menyamakan penangkapan Antasari dengan puncak cerita menjelang episode sinetron berakhir. Di dalam kepala saya mengatakan, siapa yang ditangkap dan siapa yang ribut dalam kasus ini. Itu saja. Saya tak peduli apa penyebab tergelincirnya Antasari dan romantisme aparat penegak hukum.

http://primordialgrafis.files.wordpress.com/2009/05/antasari-tempo_3.jpgBagi saya, Antasari kali ini adalah pemeran utama ’sinetron’, atau mungkin film aksi laga. Perannya di drama itu sebagai sniper, atau orang awam menyebutnya penembak jitu yang ditakuti. Di kalangan militer, seorang sniper tugasnya menembak setiap target secara sembunyi-sembunyi. Tentunya, seorang sniper mendapat sebuah tugas yang diperintahkan oleh atasannya. Dalam kode etik sniper, tidak boleh menjadi pembunuh bayaran, yang memintanya menembak target dengan imbalan uang.

Apalagi, kehidupan pribadi komunitas sniper, biasanya terpisah dari masyarakat umum, termasuk kalangan militer. Mereka biasanya menyendiri, dan menganggap senjatanya sebagai istri, yang dapat dipeluk tidur setiap malam jika tak bertugas. Jika senjatanya rusak, seorang sniper pasti kebakaran jenggot, karena harus menunggu senjata serupa yang dipesan.

Sniper itu jarang bergaul, dan kalau pun berkomunikasi, tak banyak kata-kata yang terucap. Dia juga miskin humor, tahan puasa saat bergugas, dan insomnia. Pikirannya cuma satu, harus mampu menembak target dengan tepat, meski harus sabar menunggu hingga targetnya benar-benar tepat sasaran.

Tapi, sniper juga manusia. Meski taat beribadah, godaan juga selalu datang. Masalah utamanya yang sulit dihadapinya, tatkala cinta itu muncul. Cinta kepada seorang gadis pujaan, menyebabkan sniper ingin pensiun. Sayangnya, cinta pula yang menyebabkan sniper menolak perintah.

Lantas, samakah peran Antasari dengan sniper? Itu relatif, tergantung sudut pandangnya. Bagi saya, kesamaannya ada pada cara kerjanya. Seorang Antasari mampu berperan sebagai sniper, ketika ia mendapat targetnya, sang koruptor. Antasari mampu mengendap-endap mendekati ’sasaran tembak’, tanpa diketahui barisan pertahanan musuh. Selama pengamatan saya, nyaris tak terdengar target Antasari meleset.

Tapi alur cerita berubah. Kali ini Antasari menjadi target sniper. Entah karena keteledorannya tak sengaja memasuki wilayah musuh, yang jelas seorang atau bahkan beberapa sniper sedang menguncinya dalam sebuah bidikan. Langkahnya terhenti. Dan peluru berupa ’kurungan jeruji penjara’ sedang meluncur ke arahnya.

Mampukah ia lolos?

Maaf, sinetron ini ternyata bersambung ke episode berikutnya. Hati saya sempat gusar, karena beberapa kali dipaksa menahan napas, melihat manuver Antasari di tengah kepungan sesama aparat penegak hukum. Setidaknya, ini jadi tayangan sinetron baik, daripada sinetron yang menjual mimpi.

(Nancy Samola, aktivis Komunitas Lentera)

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.